ABOUT ME ========== GALLERY
-=-=-
-=-=-
==============================================

Village Clean, the meaning of terms up to simultaneously Pain

Indonesian first popular culture with him to, one taste of each. At this time along with the flow of time changes with the shift in governance values, social structure of society has changed from the community with him to become patembayan. Village at this time identified with the structure paguyuban while the city with the same patembayan.
With the changes in governance values, then there are traditions that change. Javanese people in general, including the Yogyakarta each time to finish the harvest feast is always a ceremony called Village Clean. Village Clean or village is a clean form of local wisdom had vacillated in the middle of flow rate changes, including the value its swift foreign culture into our country. Now the spirit in the village should Merti in a moment direvitalisasi arouse a sense of community togetherness, particularly in urban areas, to deliver a moment of rushing back and establish communication with the neighbors or the community in the surrounding environment. Yogyakarta Provincial Government at this time again encourages the Village Clean in the community.
Village Clean or village on the net is a fact that became a symbol of gratitude to the people over all the grace of God provided him. The gift can be anything such as food, safety or harmony and also peace. Furthermore, Village Clean is also a place where people can develop at rope, mutual respect, and mutual tepa selira. As is known that the three together it is rarely expressions start in the community. But despite the ease of various technologies that can facilitate the ropes at, for example, as social beings we need to its sincere and
interact meet directly with other people.
In addition to the manifestation of gratitude to the One God, Village Clean is also an embodiment of human harmony with nature. During his life people have been living side by side with nature and take a lot of materials from nature. However, the utilization can not be detached from the procedure so that it can cause excessive exploitation of nature. But in fact human beings and nature complement each other. If the harvest feast, the people get the results that many things, of course, is from the natural setting of the good.
Merthi ceremonies in the village have always gunungan who made offerings to God. Gunungan that its could all
contents. However, in general, made gunungan local produce such as bananas, Tela Rambat or tree. For example on Earth Merti conducted in the area of Turi Sleman, gunungan presented usually made from bark that is the result of the earth's most popular there.
Village Clean procedure usually begins with taking water from the water source or is being local. Then the water is in a carnival together with the offerings and that has been materials prepare. If the area has a heritage inheritance, the inheritance is generally in a carnival also participated. Once completed in a carnival and gunungan ubo rampe will distributed by local residents. As series ceremony Village Clean, there is always the traditional events such as art or jathilan shadowgraph. Village Clean in this case it is the ideal place to return unite community rituals or all of their busy day-to-day.

Bremoro Online Source : trulyjogja.com
Read more...

Meriah Puncak Acara Hari Jadi Kabupaten Sleman ke-93

Puncak acara Hari Jadi ke-93 Kabupaten Sleman yang jatuh pada tanggal 15 Mei 2009 dilaksanakan dengan upacara di Lapangan Denggung pada pukul 15.00 WIB. Para peserta upacara berpakaian adat Jawa lengkap dan dilaksanakan dengan Bahasa Jawa. Peserta upacara merupakan karyawan dinas dan instansi di lingkungan Pemkab Sleman serta bregodo-bregodo prajurit, seni budaya dan paguyuban yang ada di Kabupaten Sleman.
Di daerah persiapan I atau DP I (Pendopo Parasamya) diikuti oleh Bregodo Prajurit Tambak Yuda, Bregodo Prajurit Bremoro Geni Dowangan, Pembawa Pusaka tombak Kyai Turunsih dan Rontek serta Bregodo Sekar Sedah. Di DP II diikuti oleh Bregodo Kesenian Badui, Sekretariat Dewan, Karyawan Dinas, Kantor, Badan serta 17 Kecamatan. Di DP III (Lapangan Mlati) diikuti oleh Bregodo Rampak Buta sebagai Cucuk Lampah, Bregodo Prajurit Delingsari, Tlatar, Tuk Si Bedug, Onggojoyo, Code, Ngetal, Ngrowodh, Mejing BSW, Bathok Bolu, Gamping Kidul, Kalirase, Bregas, Tunggul Wulung, Demang/Cokrowijayan, Purbaya Wotgaleh.
Upacara peringatan Hari Jadi di Lapangan Denggung dimulai dengan Tarian Pesona Lereng Merapi yang merupakan perpaduan unsur ragam gerak kesenian religius di Kabupaten Sleman yaitu badui, kubro, kuntulan, reog, jathilan dan sholawatan sebagai iringannya. Tarian ini dibawakan oleh siswa-siswi SLTA se Kabupaten Sleman (SMA 1 Kalasan, SMA 1 Ngaglik, SMA 1 Sleman, SMA 1 Seyegan dan SMA 2 Ngaglik) sejumlah ± 100 orang siswa. Gelar Tari Pesona Lereng Merapi ini menggambarkan kedinamisan masyarakat Sleman dalam membangun bumi Sembada Lereng Merapi dengan dilandasi rasa memiliki dan kecintaan terhadap kearifan seni budaya lokal.

Bremoro Online

Read more...

Dinas Budpar Sleman Promosikan Sadar Wisata dan Sapta Pesona

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman melakukan promosi dan penyuluhan sadar wisata dan sapta pesona bagi warga masyarakat Rumah Domes, Sengir Sumberharjo Prambanan dan sekitarnya selama dua hari Sabtu 28 Maret dan Senin 30 Maret 2009.
Sebagai pembicara dalam acara tersebut Drs. Edi Purnomo dari ASITA DIY dengan materi Sadar Wisata dan Sapta Pesona dengan topik khusus “Mempersiapkan Domes sebagai Obyek Wisata”, dosen Fakultas Teknik Arsitektur UGM Dyah Titisari, ST, MUDD dengan materi Menata Lingkungan dan Rumah dengan Asri serta teori sekaligus praktek tentang Pengolahan Limbah dan Pembuatan Pupuk Organik oleh praktisi desa wisata Sukunan Iswanto, S.Pd, M.Kes.
Sebagaimana diungkapkan panitia penyelenggara Budiharjo, A.Md, promosi dan penyuluhan sadar wisata dan sapta pesona yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep Sadar Wisata dan Sapta Pesona sebagai unsur penting dalam pengembangan kepariwisataan yang akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu juga untuk mendorong peran aktif masyarakat dalam mendukung upaya terwujudnya Sadar Wisata dan Sapta Pesona.
Secara khusus, pembinaan kelompok sadar wisata ini diharapkan akan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan ketrampilan tehnis kepada masyarakat di sekitar obyek wisata terkait dengan upaya-upaya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan, baik wisatawan domestik maupun manca negara. Dalam acara tersebut dihadirkan 50 warga masyarakat setempat yang terdiri atas para tokoh masyarakat dan masyarakat di sekitar Domes.
Sementara itu Kapala Seksi Pemasaran Wisata Dra. Shavitri Nurmala Dewi, MA mengungkapkan bahwa Domes sudah menjadi obyek wisata yang banyak diminati oleh wisatawan baik dalam negeri maupun manca negara. Karena disamping keunikannya yang tiada duanya di Indonesia yang dikenal juga dengan Rumah Teletubies, Domes merupakan tonggak bersejarah pasca bencana gempa bumi tahun 2006 silam. Sehubungan dengan hal tersebut ia mengajak kepada masyarakat setempat dan sekitarnya untuk menyiapkan diri sebagai tuan rumah yang baik, mengingat kedepan tentu akan semakin banyak wisatawan yang datang. Sikap dan perilaku masyarakat setempat terhadap wisatawan yang datang akan sangat berpengaruh terhadap pengembangan obyek wisata itu sendiri dimasa mendatang.
Disamping itu pula, pihak pemerintah daerah tentu akan melakukan promosi seoptimal mungkin melalui berbagai sarana, baik melalui pameran, travel dialog maupun melalui website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Sumber Bremoro Online :

http://www.tourismsleman.com/
Read more...